Mengenal Konsep DEX dan Perbedaanya dengan CEX
- K02_Faiza Aqiela Zuma
- Jul 31, 2021
- 4 min read
Updated: Jul 31, 2021

Ayyo balik lagi bareng gue, Faiz disini, so today gue bakal bawain topik yang ga kalah menarik dari topik-topik yang udah gue bawain sebelumnya. Kali ini gue bakal bawain topik yang ga jauh-jauh dari bidang yang lagi gue geluti, yup bener banget bidang teknologi. Kali ini gue bakal bawain tentang konsep Decentralized Exchange (DEX) dan perbedaanya dengan Centralized Exchange (CEX) yang sering dipakai dalam traksaksi dewasa ini.
What is Decantralized Exchange (DEX)?
Decentralized exchange (DEX) adalah bursa peer-to-peer (P2P) yang menghubungkan pembeli dan penjual. Berbeda dengan centralized exchange (CEX), platform terdesentralisasi adalah non-custodial, yang berarti pengguna tetap mengendalikan private key mereka saat bertransaksi melalui platform DEX.
Dengan tidak adanya otoritas pusat, DEX menggunakan smart contract yang dijalankan sendiri dalam kondisi yang ditentukan dan mencatat setiap transaksi ke blockchain. Transaksi tanpa adanya otoritas pusat dengan tingkat keamanan tinggi ini dapat mewakili segmen pasar aset kripto yang semakin cepat.
Namun, tidak semua DEX menggunakan infrastruktur dasar yang sama. Sementara beberapa mempertahankan model order book konvensional, yang lain menggunakan protokol likuiditas.
Selain protokol pertukaran dan likuiditas, developer juga sedang membangun alat agregasi baru untuk mengatasi likuiditas tidak lancar yang seringkali terjadi pada decentralized exchange.
Selain protokol pertukaran dan likuiditas, developer juga sedang membangun alat agregasi baru untuk mengatasi likuiditas tidak lancar yang seringkali terjadi pada decentralized exchange.
Comparison of DEX and CEX
Pada prinsipnya, perbedaan antara kedua platform exchange ini terletak pada pendekatan yang digunakan. CEX melibatkan perusahaan organisasi pusat yang bertindak sebagai orang ketiga untuk menyimpan aset, mengatur pertukaran, dan mengenakan biaya pertukaran.
Sebaliknya, DEX mengandalkan smart contract yang dijalankan sendiri untuk memfasilitasi trading aset kripto. Penggunaan smart contact ini membuat transaksi di DEX lebih instan. Tak hanya itu, sering kali biaya yang dibebankan pun lebih rendah dibandingkan dengan melakukan transaksi aset kripto melalui platform centralized exchange.
Dengan tidak adanya perantara, DEX menggunakan kerangka kerja non-custodial. Artinya, Anda mempertahankan kepemilikan atas aset kripto yang Anda miliki dan bertanggung jawab untuk mengelola wallet dan private key Anda.
Namun, hal yang perlu untuk Anda perhatikan adalah private key Anda bisa hilang atau tidak dapat di akses. Kurangnya perantara juga berarti bahwa sebagian besar DEX memiliki risiko pihak lawan yang terbatas karena pengguna DEX tidak diharuskan untuk mengikuti standar peraturan Know-Your-Customer (KYC) dan Anti-Money-Laundering (AML).
How DEX works?
Bedasarkan cara kerja, terdapat tiga bentuk implementasi DEX yang bisa Anda temukan pada dunia kripto. Berikut ini adalah jenis-jenis dari decentralized exchange.
Order Book
Generasi pertama decentralized exchange adalah menggunakan order book. Hampir serupa dengan centralized exchange konvensional, order book ini mengkompilasi catatan semua pesanan jual-beli secara terbuka untuk aset tertentu. Selisih antara harga ini menentukan kedalaman order book dan harga pasar yang berlaku.
Pada DEX dengan order book, informasi ini sering disimpan secara on-chain selama transaksi, sementara dana Anda tetap disimpan secara off-chain pada wallet Anda.
Swap
Decentralized exchange generasi berikutnya tidak lagi menggunakan order book untuk memfasilitasi transaksi aset kripto atau untuk menetapkan harga. Namun, platform ini menggunakan protokol kumpulan likuiditas untuk menentukan harga aset.
Pada jaringan peer-to-peer, proses transaksi akan mengeksekusi perdagangan antar wallet pengguna secara instan, sebuah proses yang oleh beberapa orang disebut sebagai Swap.
Cara kerja DEX dalam kategori ini diberi peringkat dalam Total Value Locked (TVL), atau nilai aset yang disimpan dalam protokol smart contract.
Decentralized Exchange Aggregator
Biasanya decentralized exchange menggunakan sejumlah protokol dan cara kerja yang berbeda. Meskipun dinamika ini menghasilkan keamanan dan otonomi yang lebih tinggi, namun dampaknya menghasilkan likuiditas yang tidak lancar di seluruh platform.
Lemahnya tingkat likuiditas ini dapat menjadi penghalang bagi investor institusional atau trader independen yang ingin membeli aset kripto tertentu dalam volume besar. Untuk mengatasi hal ini, agregator DEX telah mengembangkan alat untuk memperdalam kumpulan likuiditas aset di seluruh decentralized exchange.
Kelebihan Decentralized Exchange
Di bawah ini adalah sejumlah kelebihan decentralize exchange yang perlu diketahui.
Tingkat Keamanan Aset
Kelebihan decentralized exchange (DEX) yang patut dibanggakan adalah soal tingkat kemanan asetnya. DEX bersifat non-custodial, yang berarti pengguna tidak perlu melepaskan kendali private key untuk melakukan transaksi.Sebagai gantinya, wallet yang dipegang secara eksternal berinteraksi dengan DEX, dan melakukan trading secara otomatis melalui smart contract.
Biaya Lebih Rendah
Trading akan menjadi lebih mudah melalui penggunaan smart contract yang dijalankan sendiri. Dengan tidak adanya perantara, DEX menggunakan struktur gas fee yang sama dengan blockchain Ethereum. DEX mengenakan biaya rendah, biasanya hanya sekitar 0,3 persen untuk exchange seperti Swap. Meskipun biaya ini berfluktuasi karena bergantung pada kondisi jaringan, biaya yang dikenakan pada DEX tetap jauh lebih rendah daripada biaya yang dikeluarkan pada centralized exchange.
Privasi
Trader yang menggunakan decentralized exchange tidak perlu lagi untuk mengungkapkan private key mereka karena wallet disimpan secara eksternal, dan DEX tidak bertanggung jawab atas dana tersebut. Untuk alasan yang sama, pengguna biasanya tidak diharuskan untuk menyelesaikan prosedur KYC dan AML saat menggunakan DEX. Meskipun ini mungkin menguntungkan dalam hal kenyamanan, ini berpotensi bermasalah dari perspektif hukum.
Kekurangan Decentralized Exchange
Meskipun banyak sekali kelebihan yang ditawarkan dari penggunaan decentralized exchanged, platform ini tetap menyimpan sejumlah kekurangan yang perlu diperhatikan oleh para penggunanya. Adapun kekurangan decentralized exchange di antarany:
Tingkat Likuiditas
Karena DEX masih relatif baru dan mendukung pasangan perdagangan yang beragam, segregasi pasar berdampak negatif pada likuiditas pasar. Namun demikian, likuiditas aset pada decentralized exchange telah meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan DeFi.
On dan Off-Ramps
Teknologi DEX saat ini tidak dapat memfasilitasi pembelian aset kripto dengan mata uang fiat. Selain itu, Anda juga tidak dapat memperdagangkan mata uang fiat atau melakukan penarikan ke rekening bank Anda secara langsung. Sementara teknologi stablecoin muncul sebagai alternatif mata uang fiat dalam ekosistem DeFi, kurangnya mata uang fiat on dan off-ramp merupakan hambatan masuk bagi para pengguna yang masih pemula.
Masih dalam Tahap Pengembangan
Saat ini decentralized exchange masih berada dalam tahap awal pengembangan, sehingga kekurangan ini perlu dipahami oleh para pengguna. Terutama bagi pengguna yang kurang terbiasa dengan teknologi blockchain terdesentralisasi. Pasalnya, pengguna perlu membiasakan diri dengan platform wallet eksternal sehingga mereka dapat berinteraksi dengan DEX. Tak hanya itu, pengguna juga harus mendanai wallet mereka dengan mentransfer sejumlah mata uang fiat atau aset kripto. Terakhir, pengguna perlu menautkan wallet miliknya ke interface DEX untuk melakukan trading. Proses penyetoran dana untuk trading lebih mudah dilakukan melalui CEX.



Comments